Transaksi Riil dalam Ekonomi | 4 Maret 2025
Saya menggunakan istilah “transaksi riil” dalam ekonomi untuk mengidentifikasi transaksi yang menukar-belikan barang dan jasa yang secara nyata dapat memuaskan penerima barang dan jasa tersebut. Contoh dari transaksi riil adalah warung makanan, pabrik, freelance, iklan, dan sebagainya; sedangkan transaksi non-riil adalah seperti pengemis, pemalak, penipuan, koruptor, dan sebagainya.
Saya membuat sebuah teori hubungan antara alat pemuas kebutuhan dan uang. Di mana semakin banyak uang yang didapatkan dari transaksi non-riil maka harga alat pemuas kebutuhan akan semakin mahal—jika penerima uang dari transaksi non-riil menggunakannya untuk belanja; namun jika penerima uang dari transaksi non-riil tidak menggunakannya—masyarakat akan menjadi semakin miskin. Itu dikarenakan transaksi non-riil terjadi karena penerima uang menghasilkan pendapatan tanpa memberikan kontribusi produksi barang dan jasa. Poin dari transaksi non-riil adalah mendapatkan uang dengan cuma-cuma, tanpa timbal balik—sehingga ia bisa menikmati barang & jasa secara cuma-cuma.
Mari kita bayangkan jika kita memiliki 1000 alat pemuas kebutuhan yang berasal dari transaksi riil dalam pasar. Karena transaksi riil melibatkan produktivitas, jadi alat pemuas kebutuhan pun berkembang. Misalkan 10 masyarakat melakukan transaksi riil di pasar untuk dapat saling memenuhi kebutuhan satu sama lain. Dan tiba-tiba, datanglah 3 orang penipu yang mendapatkan uang secara cuma-cuma, akhirnya ia pun mendapatkan alat pemuas kebutuhan secara cuma-cuma. Alat pemuas kebutuhan semakin menyusut, para pelaku usaha mendapatkan jatah yang lebih kecil, hingga akhirnya alat pemuas kebutuhan semakin terkikis habis karena daya produksinya menurun.
Menurut pendapat saya pribadi, konsep uang haram dan uang halal menjelaskan konsep ini dengan baik. Uang haram akan merugikan pasar ekonomi dan merugikan semua orang. Uang yang tidak didapatkan dari transaksi riil adalah uang yang haram. Ketika kamu mendapatkan uang secara cuma-cuma, maka berhati-hatilah, setidaknya gunakan uang itu untuk investasi produksi.
Bicara tentang investor, mereka berada di antara keduanya—transaksi riil dan transaksi non-riil. Jika mereka berinvestasi pada produksi alat pemuas kebutuhan, maka mereka berkontribusi untuk meningkatkan jumlah alat pemuas kebutuhan. Orang-orang ikut bahagia, uangnya pun ikut berkembang. Tetapi, saat investor berinvestasi pada transaksi non-riil, maka hasilnya sama saja seperti transaksi non-riil.
Maka, jika ada pengamen yang tidak benar-benar membuat kita terhibur, jika ada pengemis yang terus-terusan mengemis tanpa usaha, jika ada preman yang malak hanya bermodalkan emosi, dan jika ada pemerintah yang memungut pajak hanya untuk dikorupsi; maka berpikirlah dua kali jika kamu ingin memberi.
Saya adalah salah satu orang yang percaya bahwa agar saya bisa sejahtera, maka kita semua harus sejahtera. Jika saya membantu usaha produksi dan pasar ekonomi dengan melakukan transaksi riil, maka alat pemuas kebutuhan saya akan beredar semakin banyak—harganya akan turun. Jika saya memakan kue sendiri, maka kue itu akan habis. Tetapi jika saya membagikan kue saya dengan orang lain dan bersepakat untuk membuat kue bersama-sama, maka saya akan bisa terus memakan kue.